KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR Q.S. Surat Al-Alaq Ayat 1-5


MAKALAH

KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR
Q.S. Surat Al-Alaq Ayat 1-5

Disusun untuk memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah “Tafsir Tarbawi”
Dosen pengampu : Arbain Nurdin, M.Pd.I. 




Disusun Oleh :
IMAM SAIFULLAH
T20181046

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI JEMBER
Desember 2019


 

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makhluk memiliki kewajiban dalam belajar sebagaiman yang telah di jelaskan Allah dalam kitab nya yang tertera dalam surah Al-Alaq ayat 1-5. Pada surah itu Allah berusaha mengajarkan Nabi Muhammad tentang ilmu nya atau memerintah untuk membacanya dengan tujuan agar Nabi bisa mengetahui semua ke esaan Allah, dan agar bisa mengetahui asal musal manusia.
Allah memerintahkan manusia sebelum iya melakuak proses membaca agar untuk mengingat Allah terlebih dahulu karena semua yang iya akan dapatkan tidak akan lepas dari kehendaknya nya. Melakukan sesuatu yang di atas namakan Allah adalah akan bernilai ibadah dan hal itu bisa memudahkan manusia untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang banyak dan akan bermanfaat.
Tujuan utama mengetahui dan memahami surat Al-Alaq ini agar manusia selalu membaca, bukan hanya membaca sekali saja namun dengan berulang-ulang, dengan membaca itu juga manusia bisa mengetahui sesuatu.  Dan dengan ayat ini manusia di tuntut untuk menyelipkan nama Tuhannya agar apa yang telah di milikinya bisa berguna bagi bangsa dan sebagainya. Dengan tujuan lain manusia agara sadar kalok ad zat yang harus di agungkan dan mulyakan keberadaannya yaitu adalah Allah SWT.




BAB II
PEMBAHASAN

1. Q.S. Surat Al-Alaq Ayat 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١)
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢)
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (٣)
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤)
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
Artinya :
  1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
  2.  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
  3.  Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
  4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
  5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Berdasarkan pencarian menggunakan kata kunci (اقْرَأْ) di dalam kitab Al-Qur’anul Al-Karim ditemukan ayat suci al-Qur’an yang memiliki kesamaan redaksi dengan ayat pertama surat al-alaq. ayat tersebut adalah :
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا

Artinya: "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". (Q.S. Al-Isra’ ayat 14).

2. Asbabun Nuzul.
            Dalam hadist yang di riwayatkan oleh Aisyah r.a, ia berkata bahwa permulaan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mimpi yang baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang dilihat itu jelas, sebagaimana cuaca di pagi hari. Kemudian, timbulah pada diri beliau keinginan untuk meninggalkan keramaian. Untuk itu beliau pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat. Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah sang istri beliau menyediakan beberapa perbekalan untuk beliau selama di Gua Hira.
Pada suatu ketika, datanglah malaikat jibril kepada beliau, malaikat itu berkata, “Iqra’ (bacalah)!” Beliau menjawab “Aku tidak pandai membaca.” Malaikat itu mendekap beliau sehingga beliau merasa kepayahan. Kemudian malaikat itu kembali berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab lagi “Aku tidak bisa Membaca.” Setelah tiga kali Beliau menjawab seperti itu, malaikat membacakan surah Al-Alaq  1-5.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat jibril pun menghilang. Tinggal lah  beliau seorang diri dengan perasaan takut. Beliau langsung segera pulang menemui istrinya, yakni Khadijah. Beliau terlihat gugup sambil berkata, “Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku).” Setelah hilang rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menjelaskan kejadian yang Rasulullah saw alami. Setelah mendengar kisah yang dialami beliau, Khadijah berkata kepada Rasululluah saw, ” Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau adalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang dan memikul yang berat.
Khadijah segera mengajak Rasulullah untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia adalah salah satu seorang pendeta nasrani yang sangat paham dengan kitab injil. Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw untuk menjelaskan kejadian yang sudah dialaminya tadi malam.
Setelah Rasulullah saw, selesai menjelaskan pengalamannya tadi malam, Waraqah berkata, “inilah sebuah utusan, sebagaimana Allah swt pernah mengutus Nabi Musa a.s. Semoga aku masih dikarunia hidup sampai saatnya engkau di usir dari kaum mu.”  Rasulullah saw pun bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku ?”  Waraqah menjawab, “Benar! belum pernah ada seorang nabi yang diberikan sebuah wahyu seperti engkau, yang tidak di musuhi orang. Apabila aku masih mendapati engkau, pasti aku akan menolong engkau sekuat-kuatnya.” (HR. Al-Bukhari, Bada’ ul Wahyi No.3)
3. a. Analisis lughowi.
Berdasarkan ayat 1-5  dari surat al-Alaq terdapat dua kata kunci yang relevan dengan topik pembahasan kewajiban belajar mengajar, kedua kata kunci tersebut adalah iqro’ (اقْرَأْ) dan ‘Allama (عَلَّمَ). Untuk mencari makna kata kunci ini, kita merujuk kepada beberapa kamus arabiyah yang sudah populer digunakan, diantara kamus tersebut ialah kamus munawwir.
a. iqro’ (اقْرَأْ).
المعنى
الكلمة
جَعَلَهُ يَقْرَأُ
أَقْرأَ الأمَّيِّ
قَرُبَ
أَقْرَأَ الأَمْرُ
اِنْصَرَف
أَقْرَأَ عَنْهُ
تَنَسَّكَ
أَقْرأَ الرَّجُلُ

Berdasarkan hasil pencarian kata kata iqro’ (اقْرَأْ) di dalam kamus Munawwir yang di dapati dua makna, pertama membaca, kedua, mengajar.
b. ‘Allama (عَلَّمَ).

المعنى
الكلمة
جَعَلَهُ يَعْرِفُهُمَا
عَلَّمَهُ الْقِرَاءةَ وَالْكِتَابَةَ

Berdasarkan pencarian ‘Allama (عَلَّمَ) di dalam kamus Munawwir di dapati lima makna, pertama, memberi pelajaran, kedua, mengajar, ketiga, memberitahu, keempat, menginstruksikan, kelima, mendidik..
b. Analisis Tahlili
Di dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 ini dapat dianalisa melalui beberapa kitab tafsir diantaranya :
1. Tafsir Ibnu Katsir
Aisyah ra, berkata: permulaan datangnya wahyu kepada Rasulullah saw, ialah berupa mimpi yang benar terjadi pada pagi harinya, kemudian beliau suka menyendiri, lalu pergi ke Bukit Hiraa’ untuk melakukan ibadah beberapa malam di sana sambil membawa bekal sekedarnya. Kemudian kembali kerumah Khadijah untuk berbekl dan kembali ke Gua Hiraa’. Sampai tiba saatnya datang wahyu di Gua Hiraa’ itu, yaitu datangnya Malaikat Jibril yang langsung menyuruh Nabi saw. Iqra’ (bacalah). Nabi saw, menjawab Maa ana biqaari’ (Aku tak dapat membaca). Langsung Jibril mendekap Nabi saw, dengan erat sehingga terasa sangat berat, kemudian dilepasnya dan diperintah: Iqra’ (bacalah). Jawab Nabi Maa ana biqaari’ (Aku tak dapat membaca). Maka didekapnya untuk kedua kalinya sehingga terasa lelah, kemudian dilepas dan langsung diperintah iqra’. Jawab Nabi: Maa ana biqaari’, maka didekap untuk ketiga kalinya. Allamal insaa na ma lam ya’lam. Setelah dibaca oleh Nabi saw, maka pergilah Jibril, dan Nabi saw langsung turun dari bukit dan sambil gemetar seluruh tubuhnya sehingga masuk ke rumah Khadijah dan berkata: Zammiluna, Zammiluna (selimutilah aku, selimutilah aku), maka di selimutilah oleh Khadijah sanpai hilang rasa takut dan gemetarnya, lalu Nabi saw bersabda kepada Khadijah memberitahukan segala kejadiannya, kemudian bersabda: Sebenarnya aku merasa takut terhadap diriku. Khadijah berkata, Jangan takut, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah. Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal sepupu Khadijah seorang Kristen (Nasrani) yang biasa menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab dia adalah seorang yang telah tua dan buta. Maka Khadijah berkata, "Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini."
Waraqah bertanya, "Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata, itulah malaikan yang menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu. Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya." kemudian tidak lama dari kejadian itu telah matilah Waraqah. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim)
Inilah ayat pertama yang diturunkan Allah dari Al-Qur’an dan ia berupa rahmat Allah yang terbesar untuk umat manusia. Dalam ayat-ayat permulaan ini Allah menyuruh nabi Muhammad saw, supaya suka membaca dan memperhatikan ayat bukti kebesaran Allah di alam ini, tetapi bacaan, perhatian itu harus dilandasi dengan mengharap selalu petunjuk hidayat dari Allah. [1]
            Hal yamg paling di tekakan pada surat Al- Alaq ini iayalah membaca dengan membaca manusia akan mendapatkan pengetahuan yang mereka tidak ketahui sebelumnya. Dan ayat itu juga memerintahkan manusia agar jangan lupa menyembutkan tuhannya sebelum iya melakukan pekerjaan bukan hanya membaca saja. Denagan menginagat Allah agar manusia tetap mendapatak petunjuk darinya dan manusia juga agar sadar bahwasanya yang memiliki ilmu dan yang akan memberiakannya itu hanya Allah. Sehinggan manusia yakin kalok seandainya tuhan tidak memberiakn petunjuk dan hidayatnya iya tidak akan biasa memahami apa yang dia baca. Maka dari itu pada ayat perta sudaj jelas jangan smapai berpaling pada tuhannya, agar semua yang kita lakukan bernilai ibadah.
2. Tafsir Al-Maraghi
Sesungguhnya Zat yang menciptakan makhluk mampu membuatmu bisa membaca, sekalipun sebelum itu engkau tidak pernah belajar membaca. Sesungguhnya Zat yang menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan kemampun berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk bumi mampu pula menjadikan Muhammad saw. bisa membaca, sekalipun beliau tidak pernah belajar membaca dan menulis. Perintah ini di ulang ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah di ulang ulang dan dibiasakan. Berulang ulangnya perintah Illahi sama bepengertian sama dengan berulang ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan bakat Nabi SAW. Tuhanmu maha pemurah kepada orang yang memohon pemberian-Nya. Baginya amat mudah mnganugerahkan kepandaian membaca kepadamu berkat kemurahan-Nya. Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang bicara. Qalam atau pena, adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian.
 Oleh karena itu Zat yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi  sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau manusia yang sempurna. sesungguhnya Zat yang memerintahkan Rasul-Nya membaca Dia lah yang mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh umat manusia, sehingga manusia berbeda dari makhluk lainnya. Pada mulanya manusia itu bodoh ia tidak mengetahui apa-apa. Lalu apakah mengeherankan jika ia mengajarimu (Muhammad) membaca dan mengajarimu berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau memiliki bakat unutk menerimanya?. [2]
Membaca adalah sebuah pekerjaan nabi Muhammad, dengan demikian kita sebagai umatnya haruslah bisa menirunya, dengan membaca bukan hanya sekali saja membaca namun harus dengan berulang-ulang, dengan itu ilmu yang akan di baca itu akan terinternalisasi oleh jiwa nya. Sehingga dengan pemahaman itu manusia bisa mengaplikasikannya dalam tingkahlaku kesehariannya. Dan kita juga harus tau bahwasanya yang mengajarakan ilamu pertama kali adalah Allah kalok di lihat dari persepektif  tafsir ini karena yang mengajarakan Nabi perama kali adalah Allah, sehingga dapat kita pahami bahwasanya tuhan lah yang akan memberikan ilmu dan pemahaman, manusia hanya bisa beriktiar (berusaha) saja. Maka dari itu manusia tidak pantas memliki sifat yang angkuh di dunia merasa bangga terhadap ilmu yang telah dimiliki karena yang pantas itu hanyalah tuhan.
3. Tafsir Al-Azhar.
Dalam suku pertama saja, yaitu "bacalah", telah terbuka kepentingan pertama dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi SAW disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama Allah, Tuhan yang telah mencipta. Yaitu (خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَ) "Menciptakan manusia dari segumpal darah." (ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging (Madhghah).
Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca di atas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah, dirteruskan lagi emnyusunnya membaca di atas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan selalu akan diambil jadi sandaran hidup ialah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada makhluk-Nya; الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ "Dia yang mengajarkan dengan kalam." Itulah keistimewaan Tuhan itu lagi. Itulah kemuliaan-Nya yang tertinggi. Yaitu diajarkannya berbagai ilmu, dibuka-Nya berbagai rahasia, diserahkannya berbagai kunci untuk pembuka pembendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena! Disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang di tulis pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia.[3]
Pada tafsir ini lebih menekankan pada pendidik bukan lagi keapada peserta didik, sebagai pendidik yang profisional iya harus mampu memberiakan pemahaman kepada siswanya, sebagai mana yang telah dilakukan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Maka dari itu pendidik memiliki peranan terpenting setelah keluarga karena pendidik harus bisa mengajarkan kepada siswa nya dengan penuh kasihsayang yang memberiakan pemahaman. Pendidik yang profisioanal akan menghasilakan siswa yang profisional juga, pendidik yang pintar dan paham atas segala pengetahuan akan juga menghasilkan siswa yang memahami sesuatu juaga. Karena hal itu sudah di contohkan oleh Allah yang telah mengajari ilmu kepada Nabi Muahammad.  

4. Tafsir Fi Zilalil Qur'an
ltulah surah pertama al-Qur’an. Ia dimulakan dengan nama Allah. Ia mengarahkan Rasul-Nya s.a.w. pada kali yang pertama beliau berhubung dengan al-Mala’ul-A’la, dan pada kali pertama beliau menghayunkan langkahnya di jalan da’wah di mana beliau dipilih Allah untuk-Nya. Allah mengarah beliau supaya membaca dengan nama Allah. Yakni dari titik darah beku yang melekat di dalam rahim. Iaitu dari asal mula yang sangat kecil dan bersahaja, kemudian dengan limpah kemurahan-Nya dan dengan qudrat kuasa-Nya. Allah mengangkatkan segumpal darah itu kepada darjat manusia yang mengerti dan boleh belajar.
Di samping menjelaskan hakikat penciptaan manusia, ayat itu juga menjelaskan hakikat mengajar iaitu bagaimana Allah mengajar manusia dengan pena, kerana pena selama-lamanya merupakan alat mengajar yang paling luas dan paling mendalam kesannya dalam kehidupan manusia. Pada masa itu, hakikat peranan pena belum lagi jelas seperti yang kita ketahui dalam kehidupan manusia sekarang ini. Tetapi Allah S.W.T. Amat mengetahui nilai pena, kerana itulah Ia menyebutkannya pada detik pertama kemunculan agama yang terakhir bagi umat manusia dan pada surah yang pertama dan surah-surah al-Quranul-Karim. Namun begitu Rasulullah s.a.w. sendiri yang membawa surah ini bukanlah seorang yang pandai menulis dengan pena. Oleh itu andainya al-Qur’an itu bukannya wahyu dari Allah, malah perkataan yang dikarangkan oleh beliau tentulah beliau tidak akan menonjolkan hakikat peranan pena itu pada detik pertama da’wahnya. hakikat ini tentulah tidak tertonjol andainya al-Quran itu bukannya wahyu dan bukannya perutusan dari Allah.[4]
Manusia bisa mengetahui sesuatu melalu tulisan, dalam bahsa akademiknya dalah media visual, media bisa beruap biuku,kitab dan lain sebagainya. Intinya adalah setiap media yang berbaur tulisan ia adala media visual. Dengan media itu manusi bisa mengetahui sesuatu dengan membacanya. Tidak cukup dengan membaca saja tapi juga harus ada prkteknya, agar apa yang sudah iya ketahui bisa di internalisasi, dalam jiwa nuraninya.
5. Tafsir Al-Misbah.
Kata (اقرأ) iqra’ terambil dari kata kerja (قرأ) qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa Nabi SAW bertanya (مااقرأ) “maa iqra” apakah yang saya harus baca? Beraneka ragam pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud. Ada yang berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu al-quran sehingga perintah itu dalam arti bacalah wahyu-wahyu al-quran ketika turun nanti. Ada yang berpendapat objeknya adalah (اسم ربّك) “ismi rabbika”sambil menilai huruf (ب)ba’ yang menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah nama Tuhanmu atau berzikirlah. Tapi jika demikian mengapa Nabi SAW menjawab “saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang dimaksud adalah perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian karena jauh sebelum wahyu datang beliau senantiasa melakukannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kata iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, dan sebagainya.
Huruf (ب) ba’ pada kata (با سم) bismi ada yang memahaminya sebagai fungsi penyertaan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan. Kata (خلق) khalaqa memiliki sekian banyak arti antara lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun sebagaimana iqra’ bersifat umum dengan demikian, allah adalah pencipta semua makhluk. [5]
Membaca adalah tempat mengetahui segala pengetahuan dan dengan membaca akan bertambah wawasannya dengan wawasan itu manusia bisa memahami dirinya sendiri. Dan bukan hanya memahami dirinya namun juga akan memahami penciptaanya, manusia di tuntut untuk memahami semua ciptaan Allah yang ada di dunia, dengan mengtahui manusia bisa meyadari kalok ada zat yang harus di agungkan, dan mulyakan. Manusia sebagai hamba harus patuh atas semua yang di perintahkan dan menjauhi semua larangannya. Dengan belajar manusia akan menadapatkan  pengetahuan yang lebih karena pada hakikatnya manusia dalah makhluk yang sempurna dan memiliki pikiran yang di jadiakan acuan dalam segala pengetahuannya itu. Sehigga dengan akal itu ada perbedaan manusia dengan makhluk yang lainnya.

c. Analisis Tarbawi.
Belajar meruapakan hal yang selalau di wajibakan oleh Allah SWT, sehingga setiap manusia, memiliki kewajiban untuk mencari ilmu. Sebagaimana yang ada di dalam surah ini, ilmu dapat di peroleh melalui belajar dan belajar juga banyak metodenya, salah satunya adalah memebaca. Membaca merupakan suatu metode yang utama yang dilakukan oleh manusia, lingkup ini bukan hanya untul peserta didik saja namun, pendidik juga harus belajar. Dan banyak sekali manusia yang belajar menggunakan metode ini. Sehingga belajar dengan metode membaca bisa disebut dengan metode yang paling utama.




PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa poin penting sebagai berikut :
1. Hasil analisis lughowi ditemukan dua kata kunci di dalam surat al-Alaq yaitu Iqra’ dan ‘Allama
2. Hasil Analisis Tahlili. Berdasarkan beberapa analisis di atas ada beberapa poin yang penting yang harus dimiliki oleh siswa dan pendidk (guru). Siswa harus ,memiliki pemahaman yang lebih dan pemahaman itu akan di dapatkan dengan melalui membaca, dan mepraktekan apa yang sudah diproleh oleh membaca tadi. Dan pendidik atau guru harus memiliki ilmu yang lebih dari pada siswanya, agar apa yang akan di sampaikan bisa memberiakan pemahaman kepada siswanya. Dan pemahaman yang paling di tekankan adalah tentang ke esaan Allah dan asal muasal manusia.
3. Analisis Tarbawi. Pada ayat ini ada suatu hal yang harus di miliki oleh siswa maupun peera didik. Siswa sebelum membaca di tuntut untuk mengingatkan Allah terlebih dahulu, dan hal ini yang patut untuk mengajarakan siswa ialah pendidik atau guru. Sehingga pendidik harus memiliki ilmu yang lebih daripada siswanya. Dengan bertujuan siswa itu bisa memahami apa yang sebenaranya dirnya dan siapa yang harus di mulyakan atau di sembahnya.





DAFTAR PUSTAKA

Qutb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani.
Bahreisy, H Salim. 1991. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 9. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Hamka. Prof. Dr. 1992. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: PENERBIT PUSTAKA PANJIMAS.
Al-MaragI, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-MaragI. Semarang: Penerbit TOHA PUTRA Semarang.
M.Quraish Shihab. 2009. Tafsir al-Misbah, Kairo: Lentera Hati.



[1] H Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 9, (Surabaya: PT Bina Ilmu. 1991), 95-96
[2] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Penerbit TOHA PUTRA Semarang, 1993), 346-348
[3] ,Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, , (Jakarta: PENERBIT PUSTAKA PANJIMAS JAKARTA,1992), 380-282
[4] Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 201-204
[5] M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Kairo: Lentera Hati, 2009), 392-393

Komentar